Kemenperin Apresiasi Kolaborasi Industri Alkes Produksi Ventilator dan Mesin Anestesi

Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berkomitmen untuk terus melakukan penguatan industri alat kesehatan (alkes) dalam negeri agar semakin inovatif, berdaya saing, dan mampu memenuhi kebutuhan nasional maupun pasar global. Guna mencapai sasaran tersebut, langkah yang dapat diwujudkan adalah melalui kolaborasi strategis dengan para mitra industri, baik swasta maupun internasional.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menegaskan, industri alat kesehatan merupakan salah satu sektor prioritas yang akan terus dikembangkan karena berpotensi menjadi penyumbang besar terhadap perekonomian nasional. “Industri alat kesehatan diharapkan berkontribusi besar dalam PDB nasional dalam beberapa tahun mendatang,” ujarnya dalam keterangannya, Selasa (9/9).

Menperin optimistis, dengan semangat gotong royong dan inovasi yang direalisasikan oleh pelaku industri alkes dalam negeri, akan mewujudkan visi Indonesia Emas 2045 sebagai sebuah bangsa yang mandiri, kompetitif, dan berdaulat di bidang teknologi kesehatan. “Inisiatif seperti ini bukan hanya tentang produksi alat, tetapi tentang menyelamatkan nyawa, memperkuat sistem kesehatan nasional, dan membangun ketahanan ekonomi di tengah tantangan global seperti perubahan iklim dan pandemi,” tuturnya.

Oleh karena itu, Kemenperin memberikan apresiasi terhadap sinergi PT. Graha Teknomedika dan Mindray Medical International Limited untuk memproduksi sejumlah alat kesehatan yang inovatif. Alat kesehatan yang dihasilkan tersebut, yakni dua jenis ventilator (SV300 dan SV800) serta tiga tipe mesin anesthesia yaitu WATO EX-35, EX-65 PRO, dan A8.

“Produksi ventilator dan mesin anesthesia ini selaras dengan roadmap Making Indonesia 4.0, yang menempatkan sektor alat kesehatan sebagai pilar transformasi menuju ekonomi berbasis teknologi tinggi,” jelas Direktur Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian Kemenperin, Solehan mewakili Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) pada peluncuran produk alkes terebut di PT. Graha Teknomedika, Depok.

Solehan menyebutkan, berdasarkan data perdagangan, nilai ekspor mesin anestesi dalam kelompok instrumen dan peralatan elektro bedah atau elektromedis melonjak signfikan dari USD354.000 pada tahun 2022 menjadi USD5,84 juta pada 2024. “Sementara itu, untuk nilai ekspor ventilator sebesar USD10,37 juta tahun 2024,” ungkapnya.

Pada sesi talkshow, Solehan menuturkan, Kemenperin terus mendukung pengembangan industri alat kesehatan berteknologi tinggi, seperti ventilator dan mesin anestesi, melalui berbagai strategi yang komprehensif dan berkelanjutan. “Salah satu fokus utamanya adalah pengembangan sumber daya manusia industri melalui program pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan industri alat kesehatan, baik di bidang pengembangan desain, proses produksi, material analysis, pengujian/testing, maupun transformasi industri 4.0, agar tercipta tenaga kerja yang kompeten dan siap

Di sisi lain, Kemenperin juga mendorong penguatan pasar dalam negeri dengan mendorong belanja produk dalam negeri melalui program P3DN (Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri), serta memperkuat rantai pasok industri dalam negeri dengan membina industri komponen dan bahan baku agar tercipta ekosistem industri yang terintegrasi.

Lebih lanjut, Kemenperin mendorong PT. Graha Teknomedika dan Mindray Medical International Limited dapat mengambil peluang untuk substitusi impor serta menumbuhkan upaya ekspor produk melalui produksi ventilator dan mesin anestesi di dalam negeri. “Hal ini mencerminkan komitmen kuat untuk mempercepat kemandirian industri alat kesehatan di Indonesia,” imbuhnya.

Solehan juga menyampaikan bahwa kolaborasi ini menunjukkan keberhasilan integrasi teknologi global dengan kapasitas produksi lokal sehingga dapat menghasilkan produk berstandar internasional. “Kolaborasi dengan mitra strategis menjadi salah satu kunci percepatan inovasi. Melalui kerja sama riset, transfer teknologi, hingga pengembangan kapasitas produksi, industri kita akan mampu melahirkan produk-produk alkes modern yang sesuai dengan kebutuhan pasar,” jelasnya.

Solehan mengemukakan, pandemi Covid-19 telah mengajarkan pelajaran berharga tentang kerentanan rantai pasok global. Ventilator dan mesin anestesi sebagai alat vital untuk perawatan intensif, sempat menjadi barang langka yang bergantung sepenuhnya pada impor.

 “Kini, dengan hadirnya produksi dari dalam negeri, kita tidak hanya mengurangi ketergantungan impor, tetapi juga menciptakan multiplier effect ekonomi yang luar biasa berupa penciptaan lapangan kerja baru di sektor manufaktur, peningkatan kapasitas R&D domestik, dan potensi ekspor ke pasar regional ASEAN maupun global,” paparnya.

Di samping itu, Indonesia yang dahulu sebagai konsumen, kini berpotensi menjadi pusat produksi alat kesehatan inovatif, dengan daya saing yang didukung oleh standar internasional seperti ISO dan CE marking yang telah dipenuhi oleh beberapa perusahaan alat kesehatan di Indonesia.

“Melalui kolaborasi antara PT. Graha Teknomedika dengan Mindray Medical International Limited ini, menjadi langkah awal yang baik menuju kemajuan industri alat kesehatan nasional yang mandiri dan berdaya saing, demi kesejahteraan masyarakat Indonesia,” ujarnya.

Solehan menambahkan, Kemenperin bertekad untuk memacu pengembangan industri alkes di dalam negeri, antara lain melalui berbagai pemberian insentif seperti fasilitas pajak berupa tax holiday, tax allowance, dan super deduction tax, serta promosi investasi terutama untuk produk alat kesehatan yang belum diproduksi di dalam negeri.

 “Mari kita manfaatkan momentum ini untuk mendorong lebih banyak investasi langsung (foreign direct investment/FDI) yang berfokus pada transfer teknologi, serta pengembangan SDM melalui pelatihan vokasi yang relevan dengan Industri 4.0 seperti otomatisasi dan AI dalam perangkat medis,” tandasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *