Tangerang – Menteri Agama Nasaruddin Umar menyampaikan bahwa Presiden Prabowo Subianto berencana mengundang anak-anak Palestina yang buta huruf dan telah lama putus sekolah untuk melanjutkan pendidikan di Indonesia. Hal tersebut diungkapkan Menag dalam acara Indonesia’s Contribution to Contemporary Global Peace and Conflict Resolution di Auditorium Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
“Pak Prabowo akan mengundang orang-orang yang buta huruf, yang putus sekolah sekian lama di Palestina. Kami sudah menginventaris UIN atau ke pesantren mana anak-anak itu seandainya akan datang,” kata Menteri Agama, Kamis (27/11).
Menag menjelaskan bahwa langkah tersebut merupakan bagian dari tanggung jawab Kementerian Agama sekaligus dukungan atas berbagai inisiatif Presiden dalam isu kemanusiaan global.
“Tiga ribu pun juga kami siap untuk menampung mereka. Anak-anak tidak boleh buta huruf, tidak boleh menderita. Nah kita lihat Pak Presiden juga berkali-kali menyampaikan kami siap untuk memutus pasukan keamanan kami di sekitar sini untuk menjadi pengaman,” jelas Menag.
Hadir dalam giat ini Diplomat, Wakil Menlu RI 2014-2019 Abdurrahman M. Fachir, Delegasi International IDEA Rizal Sukma, Akademisi & International Observer Dinna Prapto Raharja, Delegasi Indianapolis University USA Malika Ouacha.
Menag menambahkan bahwa pihaknya siap menindaklanjuti instruksi Presiden. “Kita menunggu perintah Bapak Presiden sebagai pimpinan. Kami sudah dalam pendatannya, apa-apa yang akan digagas Bapak Presiden,” ujarnya.
Menag kemudian menyampaikan bahwa Indonesia memiliki pengalaman sebelumnya dalam membantu pelajar dari negara berkonflik.
“Dan kita sebetulnya sudah melakukan ini. Misalnya, pengalaman di Afghanistan ketika berkonflil, itu kita mengirim sekitar 300 anak-anak Afghanistan itu di beberapa pondok pesantren di Pulau Jawa. Dan kami sudah menyiapkan, seandainya ada semacam katakanlah seribu anak-anak mahasiswa yang dari Palestina mau mencari, menuntut ilmu di Indonesia,” tutur Menag.
Menag menegaskan bahwa kapasitas pendidikan tinggi Islam di Indonesia sangat memadai. “Kita sudah bagi, kita punya 58 UIN, kita tinggal bagi. Itu ringan buat kita itu kalau hanya seribu. Dan itu nama besarnya Bapak Prabowo, nama besar Indonesia, dan demi untuk kemanusiaan dan tentunya juga sesama umat Islam,” katanya.
Menag menyampaikan pentingnya solidaritas kemanusiaan. “Kita tidak boleh membiarkan saudara kita terpurut di dalam penderitaan sementara kita menikmati apa adanya. Jadi, harus tandas berbagi kepada mereka yang butuhkan. Saya kira itu perintah agama dan perintah penilai-nilai budaya kita juga kan,” pungkasnya.
